Ayo Berangkat Bersama
Seminggu sebelum ke berangkatan Ceria ke Indonesia Timur.
Dia baru memberitahu ke dua orang tuanya bahwa akan mengabdi selama 3 tahun di
sana. Ayah, Ibu, Kakek, dan Neneknya sangat terkejut dan benar-benar tidak tau
harus berkata apa. Ceria baru saja menyelesaikan Strata 1nya. Baru kemarin dia dan keluarga mengikuti Acara Seremonial Wisudanya, bahkan Kebaya yang ia gunakan pun
belum dicucinya. Setelah sarapan pagi tiba-tiba Ceria izin untuk pergi ke Indonesia
Timur.
“ Ndok, Kamu yang benar saja? Tiba-tiba izin kepada kami
akan pergi ke Indonesia Timur. Kamu kenapa ndak pernah cerita ke Ayah dan
Bunda Ndok?” Ucap Sang Bunda yang tidak tau anaknya sudah diterima untuk
mengajar dan Lusa akan jalan.
“ Kamu kenapa baru ngasih tau kita sekarang. Besok
langsung pergi?” Ucap sang Ayah yang sama tak mengerti dengan keputusan
anakanya.
“ Ayah, Bunda, Kakek, Nenek, Kalian percayakan sama
Ceria. Kalian ndak perlu khawatir. Ceria akan baik-baik saja di mana pun Ceria berada. Ceria hanya butuh doa restu dari kalian semua.” Jawab Ceria dengan
senyum.
“ Kamu ini Ra, Orang tua harusnya dikasih tau setiap
keputusan yang kamu buat. Kamu tugas berapa lama di sana? 1 tahun?” Sang Nenek
ikut menanyakan keputusan Ceria
“ Sebentar Kok Nek, Hanyaa 3 tahun.” Ucap Ceria masih
dengan senyum. “ Tapi.. Tapi.. Tapi.. Ceria Janji akan jadwalin untuk pulang ke rumah setiap
liburan semester.” Ucap Ceria dengan senyum dan jari telunjuk serta jari
tengahnya diangkat.
“ Ya ampun Ra, Ceria, Anak Bunda. 3 Tahun kamu bilang...”
Bundanya memutus perkataannya sambil memegang pelipis matanya.
“ Kamu Ra, Ini 3 tahun bukan 3 bulan. Kamu bilang
sebentar?” Ucap Ayahnya yang melanjutkan perkataan Bundanya.
“ Ayah, Bunda. Percaya sama Ceria. Ceria janji akan
baik-baik aja. Ini benar-benar impian ceria, Jadi Ceria mohon berikan restu
kalian.” Ucap Ceria dengan wajah memelas.
“ Pergilah. Kakek merestuimu.” Ucap Sang Kakek dengan
suara keras. Kemudian meninggalkan ruang keluarga.
“ Kakek..” Suara Bunda sedikit mengencang karena kaget
dengan keputusan sang Ayah.
“ Ayah..” Suara sang Ayah Ceria lebih terkejut lagi.
Semua yang ada di ruangan tersebut menatap Ceria. Dia nampak senang karena sudah mendapatkan izin dari Kakeknya. Namun wajah Ayah dan Bundanya masih tidak senang dengan keputusan Ceria.
-O-O-O-
Ceria kecil masuk ke sekolah dasar yang berada tidak jauh
dari rumahnya. Dia bersama sahabatnya Afreeni selalu berangkat bersama. Mereka
tinggal dilingkungan yang sama, dan menjadi teman sepermainan Ceria di rumah.
Selain Afreeni, Ceria juga memiliki 2 orang teman lainnya di lingkungan rumah yaitu
Julian dan Aleta. Meraka sahabat ceria di lingkungan rumah dan sekolah.
Di sekolah, Ceria sangat senang tampil di depan kelas.
Dia sangat aktif disetiap pelajaran dan senang menjawab pertanyaan yang diberikan oleh Guru. Ceria sanag senang pelajaran menghitung dan juga pelajaran Bahasa Indonesia. Dia senang membantu
teman-temannya bila ada kesuliatan dalam berhitung. Ceria akan dengan senang hati meminjamkan jari-jari tangannya untuk temannya menghitung, baik untuk menghitung tambahan atau pengurangan.Para guru pun menyukai Ceria yang selalu Aktif namun senang membantu temannya.
Berbeda dengan Putra, walau dia satu sekolah dengan
Ceria. Namun, dia berbeda kelas dengan Ceria. Berkali-kali Putra merengek
kepada Romonya untuk dipindahkan ke kelas yang sama dengan Ceria. Tetapi,
rengekannya tidak digubris oleh sang ayah. Setiap jam istirahat, Putra
mengintip ke jendela kelas Ceria untuk melihat Ceria ada di kelas atau tidak.
Bila Ada, Putra akan meminta Ceria untuk istirahat makan bersama. Afreeni,
Julian dan Aleta pernah bertanya kenapa Putra sangat akrab dengan Ceria dan memilih untuk makan bersama dengannya.
“ Anak Raden Wijaya kenapa sangat akrab denganmu, Ceria.”
Tanya Afreeni saat jam istirahat selesai.
“ Entahlah. Tapi aku suka main sama dia. Kalian juga
harus main dengannya.” Ucap Ceria dengan senyum.
“ Enggak ah, emang kamu gak pernah denger cerita dari
anak-anak kelas sebelah?” Julian ikut berbicara
“ eh.. emang kenapa?” Tanya Ceria penasaran.
“ Aku denger dari miko. Kalau anaknya Pak Wijaya itu
sombong, tidak mau main dengan anak-anak lain.” Aleta menjelaskan.
“ Hmm.. Dia gak gitu kok sama aku. Gimana kalau kita main
bareng sama Putra, nanti aku kenalin.” Ucap Ceria masih dengan senyum. “ Dia
Anak yang baik kok.” Tambah Ceria.
Tak lama, Pak Guru masuk ke kelas. Semua Murid duduk
dengan rapih dan mengikuti pelajaran matematika dengan senang.
-O-O-O-
Komentar
Posting Komentar