PERTEMUAN



Waktu menunjukkan pukul 03.00 dini hari, Ceria sudah bangun dan melakukan aktivitas paginya. Hari ini, dia akan meninggalkan kampung halaman untuk mengabdikan diri di Indonesia bagian timur untuk menjadi seorang pengajar. Keputusannya sudah bulat, Dia sudah mengantongi Izin dari kedua orang tuanya dan tiket perjalanannya. 

Pukul 05.00 pagi, Ceria sudah menyelesaikan tugas rumahnya. Dia mengambil sepeda keranjangnya dan menggoesnya mengelilingi lingkungan rumahnya. Dia akan merindukan tempat ini, kota kecil yang sederhana dan selalu menjunjung nilai kearifan lokal. Ceria bersepedanya ke rumah sahabat-sahabatnya; Afreeani Juliana Ningrum, Julian Aadi Davendra, Aleta Agustiana dan cinta pertamanya.

-O-O-O-

Ceria kecil adalah gadis periang dan selalu menjadi kesayangan orang tua serta keluarga besarnya. Dia lahir dan tumbuh di kota kecil yang teduh dan menjadi cucu pertama dari Kakek dan Nenek ibunya. Kakeknya selalu mengajak Ceria berkeliling kota dengan sepeda ontel. Menelusuri sungai, datang ke rumah teman-teman sang kakek, dan pergi beberapa kali ke kraton dalam untuk memenuhi undangan.

Pada suatu hari, Ceria beserta keluarganya diundang oleh istana dalam untuk mengikuti pagelaran seni. Ibunda Ceria merupakan guru dari sanggar tari tradisional di kraton. Beliau menjadi tamu undangan khusus di istana, dan mendapatkan tempat duduk khusus saat pagelaran. Ceria yang saat itu berusia 3 tahun, sangat antusias pada acara pagelaran seni tersebut. Beberapa kali Ceria kecil mengikuti gerakan tarian yang dibawakan oleh penari di panggung.

“ Ceria suka menari?” Tanya sang Ibu

“ Suka, bunda.” Jawab Ceria dengan senyuman

“ Kalau begitu, mulai besok Ceria ikut bunda untuk latihan menari di sanggar ya.” Ucap sang Bunda

“ Huwahh, Ceria mau ikut bunda ke sanggar.” Jawab Ceria dengan senang dan kembali mengikuti alunan gamelang dan tarian tradisional yang disuguhkan.

Acara berjalan dengan lancar, Kakek, Ayah dan Bunda Ceria mendapat kesempatan untuk berbincang dengan keluarga kraton. Sedangkan  Ceria kecil bersama sang Nenek pergi untuk ke kamar kecil.

Ceria sudah sangat akrab dengan setiap sudut yang ada di kraton. Kakeknya sering mengajak dia bila ada keperluan atau panggilan dari sultan. Ada sudut yang paling Ceria sukai di dalam istana dengan tiang-tiang pahat yang menceritakan tentang perjuangan.

“ Nek, Ceria keluar sebentar ya. Nanti Ceria datang lagi.” Ucap Ceria

“ Kamu mau kemana Ndok?” Ucap sang Nenek

“ Itu Nek, Ceria mau ke sana. Sebentar kok Nek.” Ucap Ceria sambil menunjuk ke arah depan.

“ Ya sudah, jangan main jauh-jauh ya. Nanti Nenek menyusul.” Ucap Sang Nenek.

Ceria berjalan keluar menuju kolam ikan yang ada di pelataran. Melihat beberapa ikan yang berenang. Ceria pun melanjutkan langkahnya ke tiang-tiang kraton. Tangan Kecilnya menyentuh ukiran-ukiran pahat yang ada ditiang tersebut.  Samar-samar dia mendengar suara tangisan anak kecil.

“ Hiks, Hiks, Hiks.. Romo... Romo di mana? Huuuuhuuuhuu Hiks. Suara tangis anak itu semakain terdengar jelas.

Ceria kecil berusaha mencari sumber suara tersebut. “ Halo, Ada orang di sini?” Ucap Ceria saat sudah mendekati suara tangisan.

“ Huuuu.. Huuu... Romooo.. Romoo di mana? Hiks.. Hiks.. Hiks.” Tangis anak tersebut masih terdengar juga. 

“ Hai.. Aku Ceria.. Ada orang di sini?” Ucap Ceria sedikit lebih keras. Suara tangis itupun berhenti. Ceria pun melihat, anak laki-laki yang sebaya dengannya duduk dipojokkan sambil melihat kearahnya. “ Hai.. Aku Ceria, Apa kamu tersesat?” Tanya Ceria dengan hati-hati.

“ Hiks..” Anak itu hanya menganggukan kepalanya.

“ Kau Tenang saja, Aku hafal seluruh lorong yang ada di sini. Kau tidak perlu takut, ayo ikut aku. Kita keluar bersama-sama.” Ajak Ceria sambil mengulurkan tangannya. Anak Laki-laki itu mengulurkan tangannya sambil tetap sesenggukan.  “ Kau tidak perlu takut, kakek selalu mengajakku ke sini, jadi aku hapal setiap sudut istana ini.” Ucap Ceria menenangkan anak laki-laki itu. “ Kita bergandengan tangan agar tidak berpisah.” Ucap Ceria lagi, Anak laki-laki itu hanya mengangguk. “Hmm.. Nenek pasti juga mencari aku. Hihihi.” Ucap Ceria sambil tertawa. “ Tapi pasti Nenek tidak khawatir, karena aku akan baik-baik saja.” Ceria menjawab pertanyaannya sendiri. “ Kita hanya perlu melewati lorong ini, kemudian akan belok ke kanan. Setelahnya kita akan berada dibagian timur istana. Letaknya tidak terlalu jauh dari acara pageranan seni.” Ucap Ceria menjelaskan. Anak laki-laki itu masih sesenggukan sambil sesekali mengucap air matanya. “ Kau tidak perlu khawatir, setelah ini kita akan menemui Nenek, kemudian meminta bantuannya untuk menemukan orangtuamu. Oh iya, Namaku Ceria. Siapa Namamu?” Tanya Ceria pada anak laki-laki itu.
 
“ Namaku Putra.” Jawabnya pelan

Setelah pertemuan itu, Putra sering bertemu dengan Ceria. Ayah Putra merupakan keturunan dalam dari istana dan teman dari Ayah Ceria. Saat Ceria dan Putra datang acara pagelaran telah selesai. Kakek, Nenek, Ayah, Ibu dan keluarga Putra pun tersentak kaget karena putra yang tiba-tiba menangis sangat kencang sambil berlari ke Romonya. Dia menangis sesenggukan karena senang bisa bertemu Romo dan Bundanya. Sedangkan Ayah dan Ibu Ceria tersenyum saat melihat Ceria baik-baik saja
-O-O-O-

Komentar

Postingan Populer